Kalimat yang diucapkan Rasulullah sebelum wafat adalah, “Ummatii, ummatii (umatku, umatku).” Meski di detik terakhir akan menghadap Sang Khalik, Rasulullah masih memikirkan umat yang akan ditinggalkannya. Demikianlah sisi kepemimpinan Nabi Muhammad yang selalu berjuang demi umatnya.
Apabila merunut kehidupan Rasulullah sebagai pemimpin, maka kita akan menemukan bahwa sesungguhnya telah banyak kekeliruan pemahaman tentang arti pemimpin. Sebagian besar orang mengira bahwa pemimpin identik dengan kedudukan dan posisi semata, sehingga mereka mengejar jabatan dengan berbagai cara. Akibatnya, lahirlah para pemimpin yang tidak dicintai, tidak disegani, dan tidak ditaati.
Hal tersebut tentu sangat berbeda dengan kepemimpinan Rasulullah. Hingga menjelang wafat, Rasulullah telah teruji melewati beberapa tahap tangga kepemimpinan. Beliau seorang pemimpin sejati yang selalu memberi perhatian kepada umatnya, sehingga ia dicintai. Rasulullah juga adalah seorang yang memiliki integritas yang kuat, sehingga ia dipercaya oleh pengikutnya. Rasulullah senantiasa membimbing dan mengajari kadernya. Beliau adalah seorang yang memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten menjalankan ajaran yang disampaikannya. Karena itu, sampai akhir hayatnya, beliau menjadi seorang pemimpin abadi, yaitu pemimpin yang sudah tidak berpikir lagi tentang dirinya, tapi hanya memikirkan pengikut atau masyarakat yang dipimpinnya.
Ada yang sering terlupakan oleh para pemimpin tentang kepemimpinan Rasulullah. Beliau pernah bersabda, ’’Pemimpin suatu kaum (bangsa) adalah pelayan mereka,’’ (HR Jamaah). Sebagai pelayan, tentu bukanlah posisi dan kedudukan yang menjadi target, akan tetapi pada tugas dan tanggungjawabnya untuk senantiasa siap melayani rakyat dengan penuh dedikasi.
Rasulullan adalah orang yang paling lapar, di saat umatnya sedang mengahdapi kelaparan. Sebaliknya, ketika kebutuhan makanan tersedia, ia adalah orang terakhir yang menyicipinya. Meskipun beliau adalah seorang kepala negara, pemimpin umat, beliau hidup sederhana, jauh dari gelimang harta. Padahal, sebelum menjadi pemimpin, beliau adalah pengusaha yang sukses.
Keindahan akhlak Rasul dalam memimpin umatnya, diabadikan dalam firmanNya, “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin,” (QS 9:128).
Karena itu, meski sudah 14 abad berlalu, hingga saat ini beliau tetap menjadi sumber dan rujukan konsep kempemimpinan. Beliau senantiasa menempati ruang hati umat dan pengikutnya di mana pun berada, bukan saja semasa hidupnya, namun hingga berabad-abad setelah beliau wafat. Semoga kita bisa meneladaninya. Ary Ginanjar Agustian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar